Ilana Tan: In A Blue Moon (Review Novel)
“No one is smart enough
to remember everything he knows.
An idea unrecorded is
an ide often lost.”
[Zig
Ziglar]
Ingatan:
salah satu hal terpayah yang dimiliki manusia.
Atau
setidaknya itu yang berlaku untukku dan cukup sebagai alasan kenapa menulis
kadang menjadi yang paling harus saya lakukan. Kemudian saya memilih blog
sebagai sarana untuk itu, dengan alasan yang sederhana: di sini saya bisa
”ero-ero’ dan menuliskan apa saja dengan senang hati.
Sekalipun
menulis juga selalu menjadi kegemaran yang kerap mengerjai. Tentu saja berbeda
dengan mereka yang profesional dalam hal ini, yang mudah saja mengatur mood dan
menemukan alasan untuk selalu menulis. Tak perlu menjungkir balik badan dengan
harapan ide dari dengkul bergeser ke ujung kening.
Tapi
penulis yang baik adalah pembaca yang baik, iya kan?
Penulis
yang baik loh yah, bukan penulis yang hebat. Apalagi penulis yang tulisannya
enak dibaca. Menggaris bahawahi soal “enak dan tidak enak dibaca” mungkin
tulisan yang tengah sidang pembaca nikmati ini, adalah salah satu tulisan yang
tidak enak dibaca. Tapi saya tetap berharap masih bisa dinikmati.
Ah,
sial. Saya sudah ngelantur ke mana-mana. Padahal tadi niatnya mau mereview novel In A Blue Moon milik salah satu novelis favorit saya sejak jaman SMA
dulu. Pertama kali jatuh cinta sama Ilana Tan pas baca Novel tetralogi empat
musimnya: Summer in Seoul, Autumn in Paris, Winter in Tokyo, dan Spring in
London.
Novel
tetralogi empat musim itu bergenre drama, yang mungkin akan dianggap lebay sebab
terlalu perfect dan over imaginative ala novel sekali. Tapi untuk saya dengan
modal selera anak sekolahan, yah itu sudah sangat keren. Apalagi Ilana Tan
mahir membuat pembacanya tenggelam dalam cerita yang ia buat dengan penggambaran
tokoh yang sempurna dan plot yang mengalir. Hanyut deh!
Kecintaan
saya terhadap Ilana Tan sempat berhenti sampai di situ. Setalah beberapa
purnama belakangan ini, gairah baca saya mengalami gangguan akut. Saya bahkan
hanya menumpuk beberapa buku agar rak di kamar saya tidak terlihat terlalu
menyedihkan. Dengan harapan tambahan tentu saja: minat baca saya bisa kembali
lagi kapan-kapan, atau saya sudah bisa melihat buku-buku itu melambai-lambai
untuk dibuka.
Hingga
akhirnya, saya bertemu sepupu kecintaan saya dan terjadi adegan saling tukar
novel. Bertemulahsaya dengan kekasih lama, si Ilana Tan dalam In A Blue
Moon-nya yang beraroma Metro Pop.
Tulisan
ringan rasa “Snack Taro” memang pemantik ampuh untuk mengembalikan minat baca.
Masih
seperti novel-novel Ilana Tan terdahulu, In A Blue Moon ini berkisah tentang
gadis berperawakan Asia, dengan tubuh mungil dan rambut potongan bob yang
fresh.
“Apakah
kau massih membenciku?”
“Aku
heran kau merasa perlu bertanya”
Lucas
Ford pertama kali bertemu dengan Sophie Wilson di bulan Desember pada tahun
terakhir SMA-nya. Gadis itu membencinya. Lucas kembali bertemu dengan Sophie di
bulan Desember sepuluh tahun kemudian di kota New York. Gadis itu masih
membencinya. Masalah utamanya bukan itu – oh bukan! – melainkan kenyataan bahwa
gadis yang membencinya itu kini ditetapkan sebagai tunangan Lucas oleh kakeknya
yang suka ikut campur.
Lucas
mendekati Sophie bukan karena perintah kakeknya. Ia mendekati Sophie karena
ingin mengubah pendapat Sophie tetang dirinya. Juga karena ia ingin Sophie
menyukainya sebesar ia menyukai gadis itu. Dan, kadang-kadang – ini sangat
jarang terjadi, tentu saja – kakeknya bisa mengambil keputusan yang sangat tepat.
Sophie
Wilson, sang gadis berwaja Asia dengan mata coklat gelap. Menjadi bagian
dari keluarga Wilson pasca diadopsi sejak SMA di Cichago kemudian melanjutkan
hidupnya di New York setelah orang tua angkatnya tewas dalam kecelakaan.
Selaku pemiliktoko kue A Piece Of Cake dengan dua saudara lelaki (Brother in law) serta kakeknya yang
sudah mulai renta, menjadikan Sophie menjalani kehidupan yang nyaris sempurna. Sebelum akhirnya ia bertemu kembali dengan seorang yang menjadi alasan kuat
“sinar di matanya” sirna sejak sepuluh tahun silam. Jika ada orang yang paling
ia benci di dunia ini, maka Lucas Ford-lah orangnya.
Kesengsaraan
yang ditimbulkan Lucas seolah tak ada hentinya. Ia hadir kembali membawa serta
niatan kakeknya untuk menjodohkannya dengan Sophie Wilson, yang bahkan dengan
tanpa persetujuan siapapun, Gordon Ford, kakek Lucas Ford mendeklarasikan pertunangan cucu semata
wayangnya dengan Sophie Wilson. Selain Gordon Ford adalah seorang kakek yang
energic dengan semangat yang akan melakukan hal-hal diluar imajinasi
orang-orang disekitarnya demi mencapai keinginannya, ia juga dengan bangga misi
perjodohan itu disebutnya sebagai “Misi yang belum usai” Sebab ia dan kakek
Sophie adalah kawan karib yang pernah berencana akan mengawinkan anak mereka
kelak, namun tak kesampaian sebab masing-masing anak mereka adalah lelaki.
Keruwetan
yang harus dihadapi Sophie Wilson tak hanya berhenti pada “Lucas Ford dan
Kakeknya” sebab di waktu yang hamapir bersamaan Sahabat karib salah seorang
kakaknya kembali setelah pergi selama empat tahun ke Johannesburg untuk
perjalanan dinas sebagai seorang wartawan dan tiba-tiba saja menanyakan kabar
Sophie “Apakah adikmu sudah menikah?” tanya Adrian Graves pada Spancer Wilson,
kaka sophie, “Kenapa kau menanyakan itu?” Tentu saja Spancer agak terganggu
dengan pertanyaan sahabatnya yang baru ditemuinya lagi setelah empat tahun itu.
“Dia pernah memintaku menikahinya!”
Seseorang
yang pernah Sophie minta untuk menikahinya empat Tahun silam itu kini
benar-benar kembali lagi, di saat ia tengah bimbang dengan perasaannya sendiri
akan dua pilihan: masih membenci Lucas Ford atau telah memaafkan pria itu atas
apa yang dilakukannya di sekolah sepuluh tahun silam.
Fakta
bahwa Adrian, lelaki yang pernah sangat Sophie cintai tanpa peduli sekalipun
hubungan mereka sama sekali tidak seimbang: sebab ia lah yang terlalu mencintai
Adrian. Muncul dengan sikap yang berbeda, yang seharusnya telah ia lakukan
empat tahun lalu jika tak ingin benar-benar kehilangan Sophie, namun fakta itu
terlalu terlambat disadari oleh Adrian sendiri.
Belum
lagi lelaki yang berani mendekatinya harus mengambil risiko ditembak mati oleh
kedua kakanya, Adrian dan Lucas Ford sudah siap mengambil risiko itu, yang pada
akhirnya Lucas Ford-lah yang mengambil risiko heriok itu lebih dulu dan
menyingkirkan Adrian dari kesempatan yang telah disia-siakannya sejak empat
tahun silam.
Mengapa
Adrian sedemikian pengecut?
Karena
berurusan dengan kedua kakak Sophie dalam hal “mendekati adiknya” adalah
sesuatu yang tak pernah berani bahkan untuk dipikirkannya sekali pun, sebab ia
adalah sahabat karib salah satu kakak Sophie yang over protective.
Kengerian
yang serupa juga pernah dialami salah satu kawan Sophie yang dikenalnya sejak
sekolah, seorang orientalis bernama Nicolas Lee yang pada akhirnya bisa lolos
mengakrabi dan berteman dengan Sophie setelah kedua kakak Sophie memastikan
bahwa ia bukan jenis lelaki yang berbahaya, atau setidaknya-tidaknya takkan
membahayakan dirinya untuk melihat Sophie sebagai seorang wanita.
“ Kau mungkin tidak sempurna, tapi kau sempurna untukku”
Salah
satu kalimat manis dari Lucas yang berhasil membuat jantung Sophie berdebar
dengan ritme yang tak seharusnya. Sekaligus kesadaran yang mengusik Lucas, akan
fakta yang terlambat ia sadari, ketertarikannya pada Sophie Wilson telah bermula sejak mereka di sekolah sepuluh tahun
lalu. Namun kelakuan remaja SMA yang cenderung egois dan keterlaluan membuat
Lucas Ford menduduki tangga teratas dalam daftar orang-orang yang dibenci
Sophie Wilson.
“Apakah kau masih membenciku?”
“Aku heran kau merasa perlu bertanya.”
Terlepas
dari keinginan kakeknya, Lucas sebenarnya punya dorongan dari dirinya sendiri
untuk mendekati Sophie, dan membuat gadis itu mempertimbangakan kembali
penilaiannya tentang Lucas yang bukan lagi si bocah nakal sebagaimana yang
Sophie kenal di sekolah.
Lucas
pun berusaha membuktikan bahwa ia telah berubah dengan cara-cara yang
mengesankan dan manis, dengan melibatkan dirinya pada beberapa kegiatan yang
Sophie lakukan, hingga memberikan bunga “paling indah yang pernah dilihat”
gadis itu.
“Jangan Menciumnya!!”
Tapi
apakah hanya pihak dari tokoh si gadis yang mengalami complicated war? Oh tidak, Lucas Ford pun tengah berurusan dengan kakeknya
yang hampir tidak masuk akal itu dan seorang model cantik dengan rambut merah
menawan serta keindahan yang diidamkan oleh semua lelaki yang melihatnya, dia
adalah Miranda Young, si cantik yang telah lama jatuh cinta pada Lucas Ford dan
melakukan berbagai cara untuk meresmikan hubungannya dengan Lucas. Namun tak
pernah sekalipun mencicipi makanan yang dibuat sendiri oleh Lucas Ford sang
pemenang Medali Michelin dan pemilik Ramses: sebuah restoran warisan Gordon
Ford yang sangat terkenal di New York, yang orang-orang bahkan berlomba untuk
dapat menikmati makan siang dan makan malam di sana dan tak jarang berakhir
sebatas keinginan belaka saking sulitnya mendapat kursi.
Mirnda
Young, juga menjadi alasan kecemburuan Sophie tersulut namun tetap mati-matian
ia sembunyikan, hingga pada situasi tertentu, mereka (Sophie dan Lucas) membuat
sebuah kesepakatan yang tak boleh mereka langgar di perayaan malam pergantian
tahun “Jangan Menciumnya!”
Lucas
yang karena sesuatu dan lain hal harus melewati perayaan pergantian tahun
bersama Miranda Young di Cichago dan Sophie yang melewatinya di New York yang
tentu saja dengan Adrian di Sekitarnya. Yang pada akhirnya kesepakatan itu pula
yang membuat mereka saling meyalahpahami satu sama lain.
Etapi..
Endingnya bagaimana?
Hooree,
Happy Ending!! (Haaakh, saya sudah spoiler semuanya :D)
Tapi
jika masih penasaran, dan ingin menikmati sendiri betapa renyahnya Novel In A
Blue Moon ini, sila baca sendiri yah :)
Well,
waktunya berterimakasih pada Ilana Tan dan In A Blue Moon-nya, sudah berhasil
membangkitkan gairah baca yang tertidur terlalu pulas, tak butuh berapa lama,
saya menghabiskan novel ini dalam dua hari saja.
Setelah
mempertimbangkan: tentu saja saya tak ingin menjadi penyumbang terhentinya
peradaban, seperti yang telah diprediksikan oleh seorang eksponen hukum yang
tersohor, Justice Oliver Wendell Holmes bahwa: Peradaban akan berhenti ketika pembaca
terakhir telah berhenti membaca.
Hey,
tarik satu buku di rakmu dan membacalah, selamatkan peradaban yang terancam
punah!!
Heran
yah? Kenapa saya kurang kerjaan mereview novel In A Blue Moon ini? Selain
alasan “Ingatan adalah salah satu hal terpayah yang dimiliki manusia” padahal
novel ini sudah terbit sejak lama, dan masanya sudah bisa dikatakan berlalu?
Ohya,
Semua buku adalah baru bagi yang belum membacanya, sepakat?
Keteranga
Novel
Judul: In A Blue Moon
Pengarang: Ilana Tan
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2015
Jumlah Halaman: 318
Cover: Softcover
Judul: In A Blue Moon
Pengarang: Ilana Tan
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2015
Jumlah Halaman: 318
Cover: Softcover
Kalian masih bisa mendapatkannya di Gramedia terdekat di kota kalian atau membelinya secara online di www.bukabuku.com
17 komentar
Saya baru baca 2 seri dari tetralogi Ilana Tan, dan sukaaa keduanya. Sepertinya yg ini juga menarik ��
ReplyDeleteYay iya kak, enak sekali cara Ilana Tan bercerita.. jadi hanyut 😍
ReplyDeletePngen banget ngereview novel jg cuma blum ada kesempatan hehehe
ReplyDeleteHehehhe. Semoga ada kesempatan yah, Uga juga pengen baca reviewnya, siapa tau bisa suka juga sama novelnya :)
ReplyDeleteAah.. Sejak jaman kapan ya saya mulai tinggalkan kebiasaan membaca, termasuk cerpen dan novel yang kadang bikin senyum-senyum sendiri, gemes, bahkan mewek dan merasa kalo tokoh dalam cerita itu adalah saya...
ReplyDeleteJom kak membaca pagi, senyum-senyum lagi, gemes lagi, mewek lagi #eh :D
DeleteTos kita sama, suka ngerasa jadi tokoh utama juga xixixi
Setuju Uga, penulis yang baik adalah pembaca yang baik juga. Baca ini saya jadi tertarik ingin beli bukunya ilana tan juga, ingin juga meraskan snack taro ras ilana 😁.
ReplyDeleteYes kak.. Enak sekali hahahha bikin ketagihan Ilana Tan tuh 😂😂
DeleteBukan hanya jantung Sophie yang bergetar, tetapi jantung aku juga setelah membaca tulisan ini " Kau mungkin tidak sempurna, tapi kau sempurna untukku”
ReplyDeleteHuhuhu terharu, saya berhasil bikin jantungnya kak Abby bergetar. Eh Ilana Tan yg berhasil ding 😂
Deletesaya tipikal orang yang malas beli buku kak kalau sampulnya sudah kebarat2an tuh kak. tapi setelah baca tuliasan kakaak. rasanya ingin ngereview deh kak.
ReplyDeleteYookk ngereview, jadi pen baca juga reviewnya Andi Indah, ditunggu yaaahhh :)
DeleteDiksinya Uga umik. Kuat ki menjejak karakter Uga. Rasanya terlihat di setiao tulisan Uga. Keep writing ya Uga
ReplyDeleteTerimakasih dukungannya kak. Saya bercita-cita jadi penukis kece kayak kak Mugniar 😘
Deletepenasaran pengen baca lengkapnya, reviewnya seru begini bla haha
ReplyDeleteLebih seru baca langsung kak.. greget gemes gemes mesra #eh 😂🤣
DeleteSaya suka sekali buku-buku Ilana Tan, romantis 😊
ReplyDelete