SAAT LELAKI DAN PEREMPUAN BERDUAAN, MAKA YANG KETIGANYA BUKAN SETAN
Sumber Foto : hargo.co.id
Tidak terasa semester dua baru saja berlalu setengahnya,
banyak hal menarik yang terjadi selama saya menjalani masa-masa menjadi mahasiswaa kembali di UIN Alauddin Makassar sejak Januari lalu. Bertemu dan menjadi akrab dengan
beberapa orang dengan pola pikir yang berbeda-beda, ide cemerlang bertebaran
dimana-mana. Meskipun cenderung menjadi penikmat gagasan orang lain, kali ini
saya sama sekali tidak keberatan.
Seperti gagasan teman saya yang satu ini, jika jargon yang
telah lama kita dengar untuk menandai betapa riskannya khalwat atau
berdua-duaan dengan orang yang bukan mahrom
“Jika lelaki dan perempuan berduaan, maka yang ketiganya adalah setan”. Maka
teman saya menuangkan pemikiran yang berbeda tentang itu.
Sudah menjadi kebiasaan kami, tepat setelah jam pelajaran
usai, sebelum kami meninggalkan kelas, berkumpul dan memperbincangkan apa yang
baru saja kami diskusikan dalam kelas, entah karena merasa ada yang belum kelar
atau hanya sekedar ingin membahasnya kembali dan menambah beberapa lelucon
sebagai pemanis.
Baca Juga: Monik, Proyeksi Keadaan Anak Pulau dan Pelosok
Baca Juga: Monik, Proyeksi Keadaan Anak Pulau dan Pelosok
Kami sebenarnya tidak membahas tentang khalwat ketika itu,
justru perbedaan penafsiran dan seputar hal-hal yang aktual, tapi salah satu
teman saya tiba-tiba berkata “Saya sebenarnya kurang sepakat dengan orang-orang
yang mengatakan, jika lelaki dan perempuan berdua-duaan maka yang ketiganya
adalah setan, lalu di mana Tuhan? Yang bahkan lebih dekat dengan urat nadi
kita?” katanya.
Dia diam sejenak, mungkin membiarkan kami menanggapi
celetukannya. Dia mamang benar, bukankah Tuhan teramat dekat dengan kita, dan
semua hal yang kita lakukan tidak luput dari pengetahuanNya?!
Lalu ia melanjutkan “Ini hanya opini pribadi saya, jadi
jangan coba-coba kalau iman kalian tidak cukup kuat, saya berani mengatakan demikian
karena tau tolok ukur keimanan saya, hahaha.”
Tapi kembali lagi, jika kalian masih belum yakin dengan
kualitas keimanan dan keyakinan kalian, menghindari adalah sebaik-baiknya cara
untuk meminimalisir kesalahan. Hindari berdua-duaan, hahaha.
Yah.. Semua hal akan dikembalikan pada pribadi
masing-masing, sebagai pemegang kendali dan pelakon yang akan mempertanggungjawabkan
perbuatannya. Setidaknya begitulah hakekat kehidupan setiap individu.
Karena tak ada manusia yang sempurna, maka berusaha
menjadi lebih baik tanpa dihakimi karena masa lalu adalah salah satu cara
mengapresiasi orang-orang di sekitar kita.
Baca Juga: Konstalasi Rindu Yang Enggan Tuntas
Baca Juga: Konstalasi Rindu Yang Enggan Tuntas
Ditempatkan dilingkungan yang baik memang menyenangkan,
tapi di mana dan bagaimana lingkungan kita, tak bisa sepenuhnya sesuai ketentuan
kita, tapi menjadikan lingkungan kita baik merupakan perkara yang tak mudah dan
tentu saja nilainya lebih.
Thanks for reading!
Thanks for reading!
0 komentar